Pengembangan Potensi Peserta Didik
Pengembangan Poten
si Peserta Didik
Tujuan
pembelajaran hakekatnya adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan
potensinya secara optimal, oleh karena itu guru seyogyanya memiliki motivasi
dan bekerja keras mengenali dan memahami potensi peserta didik asuhannya secara
cermat dan jujur. Dengan memahami potensi peserta didik, guru dapat memberi
gambaran yang tepat tentang kekuatan dan kelemahan, kelebihan dan kekurangan
peserta didik, serta dapat mengetahui potensi yang perlu ditingkatkan dan
kelemahan yang perlu diminimalisasi. Dengan demikian, guru dapat merencanakan
pembelajaran yang tepat, kreatif, dan efektif agar peserta didik mencapai
prestasi terbaiknya sesuai dengan potensinya.
Setiap peserta didik dianugerahi potensi (potential ability) atau
kapasitas (capacity). Terdapat keragaman atau perbedaan potensi yang dimiliki
peserta didik yang satu dengan yang lainnya, baik dalam jenis potensi yang
dimiliki maupun dalam kualitas potensi.
A. Pengertian Potensi
Potensi adalah kemampuan yang masih terkandung
dalam diri peserta didik yang diperoleh secara herediter (pembawaan). Menurut
Syaodih (2007:159) kecakapan potensial merupakan kecakapan-kecakapan yang masih
tersembunyi, masih kuncup belum terwujudkan, dan merupakan kecakapan yang
dibawa dari kelahiran. Dengan demikian potensi merupakan modal dan sekaligus
batas-batas bagi perkembangan kecakapan nyata atau hasil belajar. Peserta didik
yang memiliki potensi yang tinggi memungkinkan memiliki prestasi yang tinggi
pula, tapi tidak mungkin prestasinya melebihi potensinya. Melalui proses
belajar atau pengaruh lingkungan, maka potensi dapat diwujudkan dalam bentuk
prestasi hasil belajar atau kecakapan nyata dalam berbagai aspek kehidupan dan
perilaku. Oleh karena potensi merupakan kecakapan yang masih tersembunyi atau
yang masih terkandung dalam diri peserta didik, maka guru sebaiknya memiliki
kemauan dan kemampuan mengidentifikasi potensi yang dimiliki peserta didik yang
menjadi siswa asuhnya, kemudian membantu mengembangkan potensi peserta didik
secara optimal.
B. Jenis-jenis Potensi
Potensi dibedakan menjadi potensi fisik dan
potensi psikologis (Desmita, 2014:40). Potensi psikologis berkaitan dengan
kecerdasan atau inteligensi (intelligence), bakat (aptitude),
dan kreativitas. Kecerdasan
diantaranya adalah kecerdasan umum (kemampuan intelektual) dan kecerdasan
majemuk. Bakat terbagi menjadi bakat sekolah (scholastic aptitude) dan bakat
dalam pekerjaan (vocational aptitude).
1) Potensi Fisik
Potensi fisik berkaitan dengan kondisi dan
kesehatan tubuh, ketahanan dan kekuatan tubuh, serta
kecakapan motorik (Desmita,2014:53). Ada di antara individu yang memiliki potensi fisik yang luar biasa,
mampu membuat gerakan fisik yang efektif dan efisien serta memiliki kekuatan
fisik yang tangguh. Menurut Gardner (Syaodih, 2007:95) individu yang memiliki
kecerdasan kinestetis, berbakat dalam bidang fisik mampu mempelajari olah raga
dengan cepat, selalu menunjukkan permainan yang baik, atau individu yang
berbakat dalam seni tari mampu menguasai gerakan-gerakan yang indah dan lentur.
2) Potensi Psikologis
a) Potensi Kecerdasan Umum
Kecerdasan umum (general intelligence) atau
kemampuan intelektual merupakan kemampuan mental umum yang mendasari
kemampuannya untuk mengatasi kerumitan kognitif (Gunawan, 2006:218) . Kemampuan
umum dikaitkan dengan kemampuan untuk pemecahan masalah, berpikir abstrak,
keahlian dalam pembelajaran. Menurut Syaodih (2007:256) seseorang yang memiliki
kecerdasan yang tinggi maka memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengenal,
menerima, dan memahami pengetahuan, menganalisa, mengevaluasi, dan memecahkan
masalah, membaca, menulis, serta mengingat fakta. Inteligensi atau kemampuan
intelektual merupakan potensi bawaan (potential ability) yang dikaitkan dengan
keberhasilan peserta didik dalam bidang akademik di sekolah. Peserta didik yang
memiliki intelektual tinggi atau IQ nya (tingkat intelegensi) tinggi diprediksi
akan memiliki prestasi belajar yang tinggi pula, dan sebaliknya.
b) Kecerdasan Majemuk
Menurut Gardner (Syaodih, 2011:95) tingkat
inteligensi atau IQ bukan satu- satunya kecerdasan yang dapat meramalkan
kesuksesan, akan tetapi ada kecerdasan dalam spektrum yang lebih luas yaitu
kecerdasan majemuk (multiple intelligentce). Dalam diri anak terdapat berbagai
potensi atau kecerdasan majemuk. Menurut Gardner setiap anak memiliki
kecenderungan dari delapan kecerdasan, meskipun memiliki tingkat penguasaan
yang berbeda.
• Kecerdasan
bahasa (verbal-linguistic intelligence), kecakapan berpikir melalui kata-kata,
menggunakan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks (penulis,
ahli bahasa, sastrawan, jurnalis, orator, penyiar adalah orang-orang yang
memiliki inteligensi linguistik yang tinggi.
• Kecerdasan
matematika - logis (logical-mathematical intelligence), kecakapan untuk
menyelesaikan operasi matematika (para ilmuwan, ahli matematis, akuntan,
insinyur, pemrogram komputer).
• Kecerdasan
spasial–visual (visual-spatial intelligence), kecakapan
berpikir dalam ruang tiga dimensi (pilot, nakhoda, astronot, pelukis, arsitek,
dll.)
• Kecerdasan
kinestetis atau gerakan fisik (kinesthetic intelligence). Kecakapan melakukan
gerakan dan keterampilan-kecekatan fisik (olahragawan, penari, pencipta tari,
perajin profesional, dokter bedah).
• Kecerdasan
musik (musical intelligence). Kecakapan untuk menghasilkan dan menghargai
musik, sensitivitas terhadap melodi, ritme, nada, tangga nada, (komposer,
musisi, kritikus musik, penyanyi, pengamat musik).
• Kecerdasan
hubungan sosial (interpersonal
intelligence). Kecakapan memahami dan merespon serta
berinteraksi dengan orang lain secara efektif (guru, konselor, pekerja sosial,
aktor, pimpinan masyarakat, politikus)
• Kecerdasan
intrapersonal (intrapersonal intelligence). Kecakapan mengenali dan memahami
diri serta menata diri sendiri secara efektif (agamawan, psikolog, psikiater,
filsuf).
• Kecerdasan
naturalis adalah kecakapan manusia untuk mengenali tanaman, hewan
dan bagian lain dari alam semesta (petani,
ahli botani, arkeolog, antropolog, ahli ekologi, ahli tanah,atau
pecinta lingkungan).
Konsep kecerdasan majemuk bukanlah hal baru,
ahli-ahli lain menyebutnya sebagai bakat atau aptitude. Dalam
pandangan Gardner tidak ada manusia bodoh, terutama jika individu diberikan
rangsangan yang tepat. Setiap peserta didik memiliki tingkat kecerdasan yang
berbeda-beda dari 8 kecerdasan majemuk. Setiap kecerdasan akan menjadi suatu
kemampuan yang luar biasa jika lingkungan (orangtua dan guru) memberikan
rangsangan yang tepat.
c) Bakat
Bakat merupakan kecakapan dasar atau suatu
potensi yang merupakan pembawaan untuk memperoleh suatu pengetahuan atau
keterampilan pada bidang tertentu. Setiap individu memiliki bakat hanya berbeda
baik dalam derajat maupun jenisnya. Bakat dapat dikelompokkan menjadi bakat
bilangan, bakat bahasa, bakat tilikan ruang, tilikan hubungan sosial, dan bakat
gerak motoris (Makmun, 2009:55). Pembagian
jenis bakat mungkin dikaitkan dengan bidang studi atau bakat sekolah
(scholastic aptitude) atau bidang pekerjaan (vocational aptitude). Bakat
sekolah berkaitan dengan kemampuan penguasaan ilmu, penguasaan mata pelajaran,
seperti bakat matematika, bahasa, fisika, sejarah, IPS, olah raga, musik,
menggambar dan keterampilan. Bakat pekerjaan berkaitan dengan penguasaan bidang pekerjaan seperti
bidang teknik, pertanian, dan ekonomi.
d) Kreativitas
Kreativitas memegang peranan penting dalam kehidupan manusia . Dengan kreativitas individu dapat mencapai keberhasilan dan kebahagiaan. Orang kreatif adalah orang yang unggul, terus belajar, dan membuat kreasi. Setiap orang memiliki potensi kreatif meskipun dalam derajat yang berbeda (DePorter,2001:293). Kreativitas mengarah ke penciptaan sesuatu yang baru, berbeda, unik, baik itu berbentuk lisan, tulisan, maupun konkret atau abstrak. Kreativitas timbul dari pemikiran divergen. Berpikir divergen mempertimbangkan beberapa jawaban yang mungkin ada untuk suatu masalah (Hurlock, 2013:5). De Bono (1991:8) menyebutnya sebagai berpikir lateral. Pola berpikir lateral selalu berkaitan dengan ide-ide baru sehingga nampak erat kaitannya dengan pola berpikir kreatif. Berpikir secara divergen atau lateral, memberi kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapat sebanyak mungkin tanpa memikirkan bahwa pendapat yang disampaikan itu benar atau salah, memberikan jawaban yang berbeda, memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah, dan memberikan gagasan- gagasan yang berbeda atau baru.
• Hubungan Kreativitas dengan
Kecerdasan
Menurut Hurlock (2013:4-5) tidak selamanya
orang yang kreatif memiliki inteligensi yang tinggi. Kadang-kadang ditemukan
orang yang memiliki bakat kreatifnya tinggi tetapi tingkat kecerdasannya
rendah, dan tidak semua orang yang tingkat kecerdasannya tinggi adalah
pencipta. Kreativitas dan kecerdasan akan berjalan seiring apabila faktor
lingkungan dan dalam diri individu tidak mengganggu perkembangan kreativitas.
Apabila tidak ada hambatan yang mengganggu perkembangan kreativitas, maka
semakin cerdas anak semakin dapat ia menjadi kreatif.
• Kondisi yang Meningkatkan
Kreativitas
Dalam mengembangkan kreativitas peserta didik
lebih mengutamakan proses bukan hasil sehingga guru perlu menghargai apa yang
telah dilakukan oleh peserta didik. Anak merasa puas dapat menciptakan sesuatu
sendiri dan jika dihargai maka dia akan merasa bahagia. Penghargaan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kepribadian anak. Sebaliknya tidak ada yang lebih
mengurangi harga dirinya selain kritikan dan ejekan terhadap kreasi tersebut.
Kreativitas berkembang pada lingkungan yang
hangat, menghargai, mendorong, dan memberi rasa aman untuk mengekspresikan
kreativitasnya. Cara mendidik yang demokratis dan permisif di rumah dan sekolah
meningkatkan kreativitas, sedangkan cara mendidik yang otoriter melemahkanya.
Cara mendidik yang demokratis meningkatkan kreativitas karena memberi
kesempatan yang lebih banyak kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya.
Sedangkan cara mendidik yang permisif memberi kebebasan kepada anak untuk
mengemukakan ide-ide tanpa takut salah.
Selain itu untuk mengembangkan kreativitas
diperlukan sarana dan prasarana untuk mengembangkannya. Seperti halnya potensi
yang lain bakat kreatif dikembangkan melalui interaksinya
dengan lingkungan. Hurlock (2013:11) menyatakan terdapat
beberapa kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas, seperti berikut ini.
(1) Waktu. Beri kesempatan kepada
anak untuk memiliki waktu bebas untuk menemukan ide-ide dan mempraktekkan
idenya.
(2) Kesempatan. Berikan
waktu dan kesempatan
menyendiri untuk mengembangkan kehidupan imajinatif yang kaya,
bebas dari tekanan kelompok sosial.
(3) Dorongan. Berikan dorongan untuk kreatif
meskipun prestasinya tidak sesuai dengan standar orang dewasa, jangan diejek
atau dikritik
(4) Sarana. Sediakan sarana yang merupakan hal
penting untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi.
(5) Lingkungan. Berikan
lingkungan rumah dan sekolah yang merangsang
kreativitas anak. Bimbinglah untuk menggunakan sarana yang akan mendorong
kreativitas dan berikan sedini mungkin sejak anak masih bayi dan lanjutkan
hingga masa sekolah
(6) Percaya diri. Bangun hubungan orangtua dan
anak yang tidak posesif, agar memberikan rasa percaya diri dan mandiri.
(7) Cara mendidik. Didiklah anak secara
demokratis dan permisif baik di rumah dan di sekolah yang akan meningkatkan
kreativitas.
(8) Pengetahuan. Kreativitas
tidak muncul dalam kehampaan.
Berikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Semakin banyak
pengetahuan yang dapat diperoleh anak, semakin baik dasar untuk mencapai hasil
yang kreatif. Pulaski mengatakan, “Anak-anak harus berisi agar dapat
berfantasi”.
• Karakteristik Kreativitas
Beberapa ahli psikologi mengemukakan
karakteristik kreativitas berdasarkan hasil studi terhadap kreativitas. Menurut
Munandar (Ali, 2014:52) ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai berikut: (1)
senang mencari pengalaman baru; (2) memiliki keasyikan dalam mengerjakan
tugas-tugas sulit; (3) memiliki inisiatif; (4) sangat tekun; (4) cenderung
bersikap kritis terhadap orang lain; (6) berani menyatakan pendapat dan
keyakinannya; (7) selalu ingin tahu; (8) peka atau perasa; (9) enerjik dan
ulet; (10) menyenangi tugas-tugas yang majemuk; (11) percaya diri; (12)
memiliki rasa humor: (13) memiliki rasa keindahan; (14) berwawasan masa depan
dan penuh imajinasi.
• Tahapan Kreativitas
Menurut Wallas (Ali, 2014:51) keberhasilan
orang-orang kreatif dalam mencapai ide, gagasan, pemecahan, cara kerja, dan
karya baru biasanya melewati beberapa tahapan seperti berikut ini.
(1) Persiapan meletakan dasar: mempelajari
latar belakang masalah, seluk beluk dan problematiknya. Pada tahapan ini
diperlukan minat dan antusiasme untuk memperoleh pengetahuan dan informasi
sebagai persiapan untuk kreativitas. Guru perlu memberikan informasi atau
pengetahuan yang memadai kepada peserta didik sebagai dasar pengembangan
kreativitasnya.
(2) Inkubasi: mengambil waktu untuk
meninggalkan masalah, istirahat, santai.
Mencari kegiatan yang melepaskan diri dari
kesibukan pikiran mengenai masalah yang sedang dihadapi. Pada tahap ini proses
pemecahan masalah diendapkan dalam alam pra sadar.
(3) Iluminasi: tahap
ini disebut sebagai tahap pemahaman,
suatu tahap mendapatkan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara
kerja, dan jawaban baru.
(4) Verifikasi/produksi: menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah praktis, sehubungan dengan perwujudan ide, gagasan,
pemecahan, penyelesaian, cara kerja, dan jawaban baru. Pada tahap ini dilakukan
langkah-langkah untuk mewujudkan ide dan gagasan kreatif menjadi karya kreatif
dan inovatif.
Cara Mengembangkan Potensi Peserta Didik
Setelah berhasil mengidentifikasi potensi apa saja yang dimiliki siswa, barulah kita membantu mereka untuk mengembangkan potensi tersebut. Bagaimana caranya?
1. Membangun Keterampilan dan Pengetahuan yang
Ada
Sebagai guru, kita perlu mencari tahu pengetahuan apa saja yang sudah siswa ketahui dan kemampuan apa saja yang perlu menjadi fokus pengembangan. Selalu ada pengetahuan sebelumnya yang bisa ditemukan dan akan ada cara untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam mengembangkan potensi siswa. Setelah mengetahuinya, hal yang perlu kita lakukan adalah mencari cara baru yang kreatif untuk kemudian menggunakannya dalam mengembangkan potensi siswa
2. Memberikan Motivasi Intrinsik
Biasanya, kita menggunakan motivasi eksternal untuk mendukung siswa belajar. Padahal, cara terbaik untuk memotivasi mereka adalah dengan mengubah pola pikirnya dalam belajar, termasuk mengenai potensi yang dimiliki. Kita bisa memberikan motivasi dan meyakini siswa bahwa potensi yang ada dalam dirinya dapat membawa keberhasilan jika dikembangkan secara optimal. Dengan begitu, tumbuh kesadaran dalam diri mereka untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
3. Menentukan Tujuan dan Target
Siswa yang semangat belajarnya rendah biasanya disebabkan oleh ketidakpahaman mereka tentang tujuan dari pembelajaran. Mereka cenderung berpikir, ‘kalau tidak ada alasan untuk mempelajari hal itu, kenapa saya harus melakukannya?’.Nah, kita bisa mengatasi hambatan itu dengan menjelaskan tujuan setiap tugas dalam rangka mengembangkan potensi siswa. Ketika siswa memahami tujuan pengembangan potensi tersebut, mereka akan lebih cepat untuk terlibat di dalamnya dan berusaha mencapai target yang ditentukan.
4. Mengajarkan Pola Pikir untuk Berkembang
Berikan pemahaman pada siswa bahwa setiap
orang bisa berkembang dan memperbaiki diri. Hal ini bisa membantu mereka untuk
terus berusaha meningkatkan kemampuan dan memunculkan kepercayaan diri.
5. Melibatkan Orang Tua
Mengembangkan potensi siswa tidak bisa kita
lakukan sendiri, tapi juga butuh dukungan dari orang tua mereka. Dengan
melibatkan orang tua dalam pendidikan dan mendorong mereka untuk membantu siswa
berhasil, hal ini akan membawa pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan
pembelajaran siswa.
0 Response to "Pengembangan Potensi Peserta Didik"
Post a Comment