Pembelajaran yang Mendidik dan Tindakan Reflektif untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Pembelajaran yang mendidik dan Tindakan Reflektif untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Paradigma
pembelajaran yang mendidik yaitu
pembelajaran yang membuahkan bukan
saja dasar-dasar penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga
sekaligus menumbuhkan karakter yang kuat serta penguasaan kecakapan hidup (soft skills), sehingga tampil sebagai
manusia yang penuh kasih terhadap sesama (compassion)
serta menjunjung tinggi etika di samping trengginas dalam bekerja (Raka
Joni, 2006). Hanya gurulah yang dalam
tugas kesehariannya mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik tersebut, dan
yang layak dihargai oleh masyarakat dan pemerintah.
Untuk menunaikan tugasnya guru yang profesional memiliki kompetensi akademik yang meliputi kemampuan (Raka Joni, 2006):
- Mengenal peserta didik secara mendalam serta memiliki visi yang jelas tentang lintasan perkembangannya (developmental trajectory) dalam peta tujuan utuh pendidikan.
- Menguasai bidang studi dari sisi keilmuan dan kependidikan.
- Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik meliputi; perancangan, implementasi, penilaian proses dan hasil pembelajaran, dan pemanfaatan hasil penilaian untuk melakukan perbaikan secara sistematis dan berkelanjutan, sehingga dapat memfasilitas perkembangan karakter, soft skills dan pembentukan hard skills.
- Mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.
Kajian tentang pembelajaran yang mendidik diawali dengan mengidentifikasi sub-sub kompetensi yang terkandung dalam empat kompetensi guru sebagaimana tertuang di dalam UU nomor 14 tahun 2005 meliputi:
- Kompetensi pedagogik, dimaknai sebagai kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman pada peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan potensi peserta didik.
- Kompetensi kepribadian, dimaknai sebagai kemampuan kepribadian. Kompetensi kepribadian ini dirinci meliputi kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia, dan dapat menjadi teladan.
- Kompetensi sosial, bertolak dari asumsi bahwa pendidik adalah bagian dari masyarakat, sehingga layak dituntut memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
- Kompetensi profesional, sebagai regulasi yang membingkai kebijakan sertifikasi guru ditampilkan setara dengan ketiga kompetensi lainnya, yaitu kompetensi profesional yang dimaknai sebagai kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.
Jika dicermati, di antara empat kompetensi guru di atas agaknya sulit untuk dipilah- pilahkan. Kompetensi pedagogik tidak akan terwujud jika tidak terkait dengan penguasaan materi pembelajaran baik yang menyangkut perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan potensi peserta didik maupun dengan pemahaman peserta didik, khususnya yang menyangkut perbedaan individual dalam kapasitas dan gaya belajarnya, bahkan juga dengan kemampuan khas ketika berkomunikasi dengan peserta didik dalam interaksi pembelajaran yang dipandu oleh wawasan kependidikan sebagai rujukan kearifan profesional pandidik. Dengan kata lain, antara penguasaan pedagogik dengan penguasaan bidang studi tidak dapat dipisahkan.
Kompetensi sosial sebagai kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar, tidak serta merta secara khusus berbicara tentang komunikasi yang khas yang terjadi dalam interaksi pembelajaran. Bentuk komunikasi dan bahasa yang digunakan akan berbeda ketika guru berkomunikasi dengan sesamapendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar, dengan ketika guru berkomunikasi dengan peserta didik di dalam seting pembelajaran.
Bahasa yang digunakan guru dalam transaksi pembelajaran dibangun secara siklikal (Tim Khusus PGSD, 2007) mulai dari penyiapan situasi, upaya agar peserta didik merespon baik pertanyaan maupun tugas yang diberikan oleh guru, merespon peserta didik dan memberi tanggapan balik baik secara individu maupun kelompok berupa penguatan, koreksi atau remidiasi, dan tindak lanjut yang mengarah pada peningkatan kualitas belajar peserta didik. Ragam bahasa yang digunakan dalam pembelajaran tidak sebatas bahasa verbal lisan atau tertulis, tetapi juga bahasa isyarat seperti anggukan kepala, acungan jempol, juga bagaimana guru memposisikan dirinya di antara peserta didik sebagai strategi penting dalam pengelolaan kelas.
Pembelajaran adalah suatu layanan ahli, karena terapannya harus selalu dilandasi oleh suatu keahlian. Mulai dari persiapannya, program pembelajaran disusun mengarah pada pencapaian tujuan utuh pendidikan, kesiapan belajar peserta didik, serta dukungan logistik yang tersedia. Sedangkan dalam implementasinya guru perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian sambil jalan, karena peserta didik akan mereaksi secara unik terhadap setiap tindakan guru. Ini berarti bahwa dalam pelaksanaan tugasnya guru harus selalu waspada memperhitungkan berbagai kemungkinan dampak jangka panjang dari keputusan serta tindakanya demi tercapainya tujuan utuh pendidikan.
Refleksi Pembelajaran: Tujuan, Manfaat dan Contohnya
Dalam
kegiatan belajar mengajar, pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah
"refleksi pembelajaran". Ya, pasalnya refleksi pembelajaran merupakan
salah satu kegiatan pembelajaran dimana siswa memberikan umpan balik kepada
guru dan terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Refleksi
pembelajaran bisa dilakukan dalam bentuk penilaian tertulis dan lisan yang
dilakukan oleh siswa untuk guru dan guru untuk siswa, guna mengekspresikan
kesan konstruktif, harapan, serta kritik terhadap proses pembelajaran.
Melalui
kegiatan refleksi pembelajaran, diperoleh lah informasi positif dan negatif
mengenai kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan, serta bagaimana guru bisa
meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut. Hasil refleksi pembelajaran juga
bisa dijadikan sebagai bahan observasi untuk mengetahui sampai mana pencapaian
kegiatan pembelajaran dan bisa memberikan kepuasan bagi siswa.
Refleksi
pembelajaran dilakukan oleh guru dan siswa sehingga guru dan siswa juga bisa
merasakan manfaat aktivitas ini. Bagi guru refleksi pembelajaran berguna untuk
meninjau sebuah kelompok atau kelas untuk menggambarkan situasi atau kondisi
dari sebuah kelas, serta guru bisa mengetahui potensi setiap individu dan
siswa-siswi di kelas tersebut. Dengan begitu, guru dapat meningkatkan kegiatan
evaluasi berlanjut dan berjenjang.
Sedangkan
manfaat refleksi pembelajaran bagi siswa yaitu untuk menyalurkan ungkapan
proses pembelajaran yang sudah dilakukan, apakah sudah baik atau masih kurang.
Hal ini dapat melatih kepercayaan diri siswa untuk mengungkapkan pendapat,
serta memperbaiki kegiatan belajar sesuai dengan minat dan metode yang mereka
inginkan.
Untuk
mengetahui lebih lanjut, berikut ini merupakan informasi seputar tujuan,
manfaat dan contoh refleksi pembelajaran.
Tujuan
Refleksi Pembelajaran
Berikut
ini merupakan beberapa tujuan dilakukannya refleksi pembelajaran, yaitu:
1.
Mengetahui minat para siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran secara nyata.
2. Melakukan pengukuran penerapan model, metode,
strategi, dan teknik pembelajaran terhadap tingkat keberhasilan yang telah
dilakukan oleh guru.
3.
Mengidentifikasi dan mengevaluasi apa yang guru telah
lakukan dalam penyampaian materi dan penguasaan kelas
4. Mengetahui kebutuhan dan keinginan siswa sehingga
guru dapat memperbaiki rancangan pembelajaran yang lebih baik untuk
pembelajaran berikut-berikutnya.
5. Memahami respon siswa
dalam belajar dan penyampaian materi.
6. Supaya guru bisa memahami
kelemahan atau kekurangan dari sebuah pembelajaran supaya lebih baik untuk guru
dan juga murid.
7. Memahami akurasi sebuah model, metode, strategi, dan
teknik pembelajaran yang telah diimplementasikan supaya bisa terus dievaluasi.
8. Guru bisa membuat kegiatan belajar mengajar yang
lebih efektif dalam pembelajaran di kemudian hari.
Manfaat
Refleksi Pembelajaran
Refleksi
pembelajaran Memberikan manfaat bagi guru maupun siswa. Berikut manfaatnya:
Manfaat
bagi guru:
·
Aktivitas refleksi berguna sebagai peninjauan pada
kelas atau sebuah kelompok.
· Berguna untuk menggambarkan situasi dan kondisi dari
sebuah kelas, apa yang terjadi pada siswa dan masalah yang mereka temui.
·
Bisa memaksimalkan dan lebih menonjolkan potensi
setiap siswa/individu dan sebuah grup.
·
Untuk meningkatkan kegiatan evaluasi terhadap kinerja
guru yang berlanjut dan berjenjang.
·
Wadah untuk menjalin komunikasi positif yang bersifat membangun antara
siswa dan guru.
· Guru dapat memetakan siswa sesuai karakter dan daya tangkap mereka yang
akan nantinya memudahkan dalam pembagian kelompok, pemberian materi, dan
evaluasi belajar.
Manfaat
bagi siswa:
·
Berguna menyalurkan aspirasi siswa dari proses
pembelajaran yang sedang berlangsung maupun telah dilakukan.
· Siswa bisa mengungkapkan proses pembelajaran yang telah dilakukan apakah berlangsung dengan baik atau tidak.
·
Siswa akan mendapat kepuasan karena bisa mendapatkan
sistem belajar yang mereka minati.
·
Menjadi ruang ekspresi positif terhadap guru mengenai
proses belajar mengajar bagi siswa.
Contoh Refleksi
Pembelajaran
Berikut ini merupakan bentuk atau contoh refleksi pembelajaran yang bisa dilakukan di kelas, yaitu:
Refleksi Materi Pembelajaran
Salah satu contoh dari
refleksi pembelajaran yang paling umum adalah untuk mengulas kembali materi
belajar yang telah dipelajari sebelumnya. Kegiatan ini biasanya dilakukan
secara mandiri dengan membaca dari awal semua catatan yang berkaitan setelah
itu memahami sekaligus mencatat poin-poin penting.
Setelah selesai mencatat baru bisa dilanjutkan dengan menjelaskan sendiri tanpa melihat buku di depan kaca atau orang lain untuk membantu menyimak. Cara ini dinilai mampu membuat siswa untuk tidak hanya sekedar menghafal, melainkan memahami dan bisa menjelaskan materi.
Refleksi Manfaat Dari Yang Sudah Dipelajari
Hal yang
tidak kalah penting dalam bidang pelajaran selain kepandaian adalah membentuk
karakter siswa. Penting sekali untuk melakukan refleksi pembelajaran dari segi
manfaat usai mempelajari suatu materi yang didapatkan oleh siswa. hal ini
secara tidak langsung mengajari siswa untuk berpikir kritis, out of the box,
dan menciptakan pola pikir yang berkualitas..
Banyak anak
tumbuh pintar namun hanya mampu mengerjakan soal-soal atau materi yang mirip
dengan apa yang telah diajari saja. Ketika diberikan sedikit modifikasi, maka
cenderung mereka akan bingung bahkan tidak bisa menyelesaikan.
0 Response to "Pembelajaran yang Mendidik dan Tindakan Reflektif untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran"
Post a Comment